oleh

Ikuti Workshop Pencegahan Stunting di Malangke, 126 Kader Posyandi Dibekali

-News-0 views

Lepongannews.com-, Luwu Utara – Sebanyak 126 orang kader se Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan mengikuti Workshop dan Sosialisasi Pencegahan Stunting yang dilaksanakan di Aula Kantor Camat Malangke, tiga hari lalu, Rabu (8/3/2023).

Hal tersebut disampaikan Mursalim Camat Malangke bahwa, workshop peningkatan kapasitas kader posyandu dapat terus ditingkatkan melalui kegiatan-kegiatan pendampingan.

” Kader posyandu itu adalah juga ujung tombak dalam menekan angka stunting, semoga ini bisa kita wujudkan,” harap Camat Malangke, seraya menambahkan bahwa, kader posyandu itu daoat menjadi motor penggerak di setiap lokasinya.

Sementara itu Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Luwu Utara, Andi Bahtiar sebagai salah satu narasumber workshop mengatakan, stunting atau gagal tumbuh merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia, dan juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa.

“Hal ini karena anak dengan kondisi stunting bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya yang akan mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas, dan kreativitas di usia-usia produktif,” sebutnya.

Tugas kita adalah mempersiapkan agar generasi pemilik Kabupaten yang dijuluki Bumi Lamaranginang (Lutra, red) ini, kehidupannya jauh lebih baik dari kita. ” ” ” “Bisa kita bayangkan seandainya generasi penerus kualitas kehidupannya tidak lebih baik dari kita, maka akan seperti apa mereka,” tambahnya.

Andi Bahtiar mewakili Kepala Dinas Kesehatan Lutra, juga tidak ingin ada anggapan bahwa program stunting seolah-olah hanya tanggung jawab pemerintah saja, namun merupakan tanggung jawab semua unsur masyarakat.

“Pemerintah akan terus-terusan memfasilitasi bagaimana stunting ini bisa ditangani. Tapi kunci utamanya ada di warga masyarakat,” ucapnya.

Menurutnya, beberapa tahun ke depan akan ada bonus demografi dimana usia produktif anak-anak ‘milenial’ komposisinya lebih banyak daripada ‘kolonial’. Hal tersebut merupakan tantangan mengingat apabila para milenial tersebut kualitasnya nanti tidak lebih baik dari generasi sebelumnya.

“Apa jadinya jika generasi milenial kehidupannya serba terbatas karena stunting. Bagaimana mungkin anak-anak kita sebagai subjek atau pelaku utama pembangunan, jika kapasitas kognitifnya terbatas. Bisa jadi akhirnya mereka menjadi beban pembangunan,” tuturnya lagi.

Prinsipnya dalam penanganan stunting, kata Kabid SDK, ialah generasi penerus harus lebih baik dan harus dipersiapkan dari 1.000 hari setelah kelahiran.

“Stunting bukan hanya penanganan di hilir, namun kita harus mengantisipasi dari hulunya. Minimal calon ibu rumah tangga harus dipastikan kondisi kesehatannya. Tentunya ini merupakan tantangan bagi kita,” ujarnya.

Sementara itu ditempat terpisah, Nurul Sukma, Ketua PC Ikatan Bidan Indonesia Kabupaten Lutra mengatakan, petugas kesehatan harus memastikan tidak ada satupun ibu hamil yang tidak diperiksa.

“Setelah melahirkan pastikan Balitanya dibawa ke Posyandu. Jadi kita bisa mengantisipasi tidak ada stunting yang baru hingga akhirnya zero stunting,” sebutnya.

Untuk diketahui hadir juga para pengurus dan anggota Persagi Luwu
Utara. (Min/Yus)

Komentar