Lepongan news – Toraja Utara – Kata Rambu Solo’ tak asing lagi bagi orang Toraja dimanapun berada. Rambu Solo’ adalah upacara adat keluarga Toraja dimana bertujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal menuju alam roh pada peristirahatan terakhir.
Untuk upacara ini sering juga dikategorikan penyempurnaan kematian.
Dalam masyarakat Toraja, upacara tersebut merupakan ritual yang paling penting dan mahal.
Hal tersebut disampaikan anak almarhum, Felicitas Tallulembang dan Firmina Tallulembang anggota Legislatif DPRD Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dari Fraksi Gerindra melalui Andik Panelo pada media ini, Minggu (8/5/2022) kemarin, bahwa almarhum Johanis Palayuk Tallulembang, lahir pada 5 Mei 1929 dan Wafat pada 8 September 2021.
Almarhum akan di mulai pestanya di pertengahan bulan Juli 2022 mendatang.
“Dan saat ini masyarakat Lembang
(Desa) Kapala Pitu Kecamatan Kapala Pitu Toraja Utara (Torut) di Tongkonan To’ Pao sementara mengerjakan pemondokan dan akan berlangsung pesta orang tua dari Ibu Firmina,” sebutnya.
Bagi masyarakat Toraja, seorang yang telah meninggal dunia belum mendapatkan kesempurnaan, jika belum dimakamkan secara Rambu Solo’.
Jasad orang yang telah meninggal itu akan tetap dianggap hidup, diperlakukan seperti layaknya keluarga yang sedang sakit atau lemah, sehingga tidak bisa melakukan apa-apa selain tidur.
Sekadar diketahui, secara harafiah, ‘Rambu’ berarti Asap dan ‘Solo’ artinya Turun. Jadi kata rambu solo’ merupakan upacara adat tertinggi dan sakral yang bertujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang mati ke alam roh, di mana masyarakat setempat menyebutnya ‘Puya’.
Rambu Solo’ adalah, rangkaian kegiatan yang rumit ikatan adat serta membutuhkan biaya tidak sedikit. Dan persiapannya pun selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Untuk itu, bagi mereka yang tidak memiliki cukup dana, keluarga akan terus menabung hingga uang yang terkumpul bisa digunakan untuk pelaksanaan upacara dengan sempurna.
Dan sementara menunggu upacara siap,
tubuh orang yang meninggal dibungkus kain dan disimpan di rumah leluhur atau tongkonan.
“Jadi rambu solo’, itu artinya asap yang turun ke bawah, sesuatu yang kita tidak harapkan karena asap itu selalu ke atas. Ini upacara tertinggi di Toraja, dan prinsip dari upacara ini yakni, pertama memberikan penghormatan kepada almarhum karena selama hidupnya memberi manfaat kepada warga, masyarakat banyak,” jelasnya.(megasari/yus)
Komentar