LEPONGANNEWS, LUWU UTARA – Ketua Bidang Luar Negeri Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (OMTI), Dewi Sartika Pasande membuat videp (film) singkat dalam sebuah ‘pesan budaya’ Kisah Sawerigading Na Pindakat
Video tersebut yang dibuat Dewi Sartika Pasande yang juga Direktur Utama pmtinews.com yang dikirim melalui via whatsapp pada media ini, Senin 21 Februari 2022 malam.
Hal tersebut dikatakan Owner PT Jas Mulia Dewi Sartika Pasande, mengingat moment ini sangat penting
dan perlu diketahui oleh wija To Luwu dan Wija Toraya secara umum.
Mengingat gencar pembentukan provinsi Luwu Raya, maka saya putri berdarah Toraja dan Tana Rongkong
terispirasi membuat film (video) tersebut untuk pedan budaya dalam pembentukan Provinsi Luwu Raya.
Mr. Dr. Andi Zainal Abidin Farid, SHmenulis dan menceriterakan bahwa, Sawerigading sebagai leluhur semua Raja-Raja di Sulawesi Selatan.
Dikatakannya, dalam buku sastra I La Galigo, yang tebalnya diperkirakan 7000 halaman, karya sastra terbesar di dunia.
Disitu diceritakan tentang perkawinan La Maddukkelleng To Appanyompa bergelar Sawerigading dengan Na Pindakati, sepupunya yang tinggal di lereng Gunung Latimojong (Tana Toraja).
Menurut sebuah versi Toraja bahwa, We Pinrakati, yang oleh orang Toraja disebut sebagai putri Puang Dibiduk, memerintah di lereng Gunung Latimojong sebelah timur.
Pinrakati atau Puang Dibiduk meninggal dunia setelah melahirkan. Ini yang menyebabkan Sawerigading memilih untuk merantau.
Sawerigading adalah Putra Datu Luwu II (kedua), I La Tiulang Batara Lattu (Toraja:anak manurun di langi’), yang mempunyai saudara kembar bernama We Tenriabeng Bissu Rilangi’ (Toraja, Tandiabeng).
Kedua anak kembar itu dipisahkan sejak lahir, oleh karena menurut versi Toraja, bahwa, “pemali kapua umpamisa’ banua todadi rindu misa’ muane misa baine.
Sawerigading yang nama kecilnya Lawe dibesarkan di istana Ware’ bersama orang tuanya: Datu Luwu I La Tiulang Batara Lattu’ dan permaisuri We Opu Sengngeng (putri raja Tompoktikka=Luwuk Banggai), sedangkan We Tenriabeng tinggal pada ibu susunya. Setelah dewasa Sawerigading ingin memperistrikan saudara kembarnya yang disangkanya orang lain. Akan tetapi orang tuanya melarang sehingga ia dikawinkan dengan We Pinrakati (Toraja: Pindakati
Menurut Prof. Dr. C. Salombe dalam makalahnya, pada loka karya Sawerigading di Palu pada tahun 1987, bahwa di Toraja terdapat dua versi cerita perkawinan Sawerigading dan We Pinrakati, yaitu:……BERSAMBUNG (*)
Komentar