Lepongannews.com, Makassar – Hari Pernikahan Sedunia atau World Marriage Day turut dirayakan Keuskupan Agung Makassar (KAMS).
KAMS melalui Komunitas Marriage Encounter (ME) Distrik IX Makassar bersama Paroki Kristus Raja dan Paroki Andalas memperingati World Marriage Day di Gereja Katolik Paroki Kristus Raja, Jl Andalas, Makassar, Minggu 23 Februari 2025.
Terdapat 125 pasangan suami isteri (pasutri) dengan usia pernikahan di atas 40 tahun, mereka saling mendoakan kehidupan yang lebih harmonis dan penuh kasih sayang.
Dalam perayaan tersebut dibuka dengan pasangan muda dan yang sudah puluhan tahun menikah saling berdoa.
Para pasutri berhadapan dan berpegangan tangan, merefleksikan perjalanan rumah tangga mereka.
Setelah itu, mereka saling berpelukan sebagai ungkapan kasih sayang.
Hal tersebut disampaikan pasutri anggota Marriage Encounter (ME) Tince Tandean dan Yanto Tunandi pada wartawan media ini yang juga anggota ME Paroki Siti Maryam Saluampak, Minggu (23/2/2025) via whatsapp mengatakan bahwa, Misa World Marriage Day atau hari pernikahan dunia.
Dan dilanjutkan dengan doa dan nasehat dari Uskup Agung, Keuskupan Agung Makassar (KAMS), Mgr. Fransiskus Nipa, sebagai selebran utama.
Uskup Emeritus Keuskupan Agung Makassar, Mgr. John Liku-Ada’, turut hadir sebagai konselebran bersama 11 imam Keuskupan Agung Makassar.
Pasangan dengan usia pernikahan di atas 40 tahun mendapatkan cinderamata sebagai penghargaan atas hubungan yang terus harmonis.
” Dan kami (pasangan Tince Tandean dan Yanto Tunandi) menjadi pasangan dengan usia pernikahan tertua, kami menikah pada 8 Maret 1953, yang berarti usia pernikahan kami sudah mencapai 67 tahun,” sebut Tince-Yanto.
Pasangan lainnya, Maria Lie Suy Tjun dan Yoseph Husni Widjaya, menikah pada 28 Oktober 1959, dengan usia pernikahan yang sudah mencapai 66 tahun.
Dan World Marriage Day tahun 2025 ini mengusung tema “Pernikahan: Sumber Harapan, Mata Air Pembaruan, Kejarlah Cinta Abadi”. Mgr. Fransiskus Nipa dalam kesempatan tersebut menyebut pernikahan sebagai karunia dari Allah.
Kehadiran Allah dalam kehidupan, menurutnya, tercermin melalui kehidupan berkeluarga.
“Sebagai orang beriman, tanpa mengabaikan perjuangan suami istri dalam memperjuangkan kesetiaan hingga akhir hayat, pertama kita lihat (pernikahan) itu adalah karunia, rahmat, dan pemberian Allah. Mari hari ke hari, kehadiran Allah untuk kita saksikan. Konkritnya dengan membangun doa dalam keluarga,” ujar Mgr. Fransiskus Nipa.
Ia juga menambahkan, walaupun setiap minggu umat beribadah di gereja, doa tersebut harus dilanjutkan dalam kehidupan keluarga.
“Manusia tidak sempurna, punya kekurangan dan kelemahan, maka kekuatan kita itu hanya pada Allah. Kita mampu bertahan dalam kesetiaan kalau kita bersandar mengandalkan kekuatan Allah,” lanjutnya.
Pernikahan, menurutnya, kini menjadi tantangan karena ada kesetiaan dan tanggung jawab yang harus dipenuhi saat menjalani komitmen janji suci.
*** Yustus
Komentar