Lepongannews.com, LUWU RAYA – Karnita Ratu Sarungu, puteri asal Luwu Utara, resmi menjadi wakil daerah pada ajang Pemilihan Puteri Indonesia Sulawesi Selatan 2025 dengan mengusung misi besar pelestarian budaya lokal.
Mengandalkan advokasi bertajuk #RATUCAN, ia membawa pesan tentang pentingnya merawat warisan Batik Rongkong sebagai identitas budaya yang hidup dan relevan bagi generasi muda.
Karnita Ratu Sarungu, 23 tahun, bukan sekadar tampil sebagai kontestan yang mempromosikan citra daerah. Ia datang dengan gagasan terstruktur melalui gerakan yang mencakup tiga pilar: kolaborasi, edukasi, dan perubahan.
Menurutnya, Batik Rongkong bukan hanya karya seni, tetapi manifestasi nilai, filosofi, dan sejarah panjang masyarakat Rongkong.
Dalam keterangannya di Masamba, ia menegaskan, pelestarian budaya tidak cukup hanya dengan memakainya, tetapi juga harus dipahami, dihargai, dan diteruskan.
Batik Rongkong sendiri memiliki perjalanan budaya yang panjang. Produk ini berakar dari tenun Rongkong, karya pengrajin tradisional yang telah diakui melalui sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) oleh Kementerian Hukum dan HAM sejak 3 Februari 2020.
Pengakuan ini menunjukkan bahwa tenun Rongkong memiliki nilai historis dan seni tinggi yang perlu dilindungi.
Bagi Ratu, momentum inilah yang harus dimanfaatkan untuk membawa Batik Rongkong naik ke panggung yang lebih luas. Baginya, Puteri Indonesia adalah wadah strategis untuk memperkuat citra budaya Luwu Utara di ranah nasional.
Pilar pertama dari advokasinya, kolaborasi, ia jalankan dengan menggandeng berbagai pihak mulai dari pemerintah daerah, UMKM, komunitas kreatif, hingga sekolah-sekolah.
Ia melihat bahwa pelestarian budaya membutuhkan keterlibatan banyak pihak agar bisa bertahan dalam arus modernisasi.
Kolaborasi ini juga diarahkan untuk menumbuhkan inovasi baru dalam produksi Batik Rongkong, seperti memadukan motif klasik dengan desain kontemporer yang lebih diminati generasi muda.
Pilar kedua adalah edukasi. Ratu menyadari masih banyak anak muda di Luwu Utara yang belum mengenal sejarah dan filosofi tenun Rongkong.
Melalui #RATUCAN, ia memasukkan program edukatif seperti kelas budaya, materi sejarah batik, dan pemahaman motif ke dalam kegiatan advokasinya.
Tujuannya sederhana: menumbuhkan rasa bangga dalam diri generasi muda bahwa, mereka memiliki warisan budaya yang bernilai tinggi.
Pilar terakhir adalah perubahan. Bagi Ratu, langkah kecil pun bisa memberi dampak besar.
Ia menginisiasi kampanye digital, pameran mini, dan aktivitas kreatif untuk memperluas jangkauan promosi Batik Rongkong. Kampanye digital dianggap penting mengingat tren konsumsi informasi saat ini banyak terjadi di platform media sosial.
Untuk memperkuat pemahamannya tentang budaya Rongkong, Ratu melakukan perjalanan langsung ke Kecamatan Rongkong. Selama dua hari satu malam, ia bersama tim menelusuri lokasi pembuatan tenun dan batik, berdialog dengan para pengrajin, dan mempelajari proses produksinya.
Ia menilai kunjungan ini memberi pengalaman emosional sekaligus memperdalam komitmen dalam membawa advokasi budaya ke tingkat yang lebih serius.
Menjelang ajang pemilihan, Ratu intens melakukan persiapan seperti latihan public speaking, penguatan personal branding, dan pendalaman isu-isu kebudayaan.
Ia mengaku bahwa tampil di panggung besar bukan semata soal fisik atau performa, tetapi bagaimana membawa pesan yang kuat dan berdampak.
Dukungan pemerintah daerah menjadi bagian penting dari perjalanannya. Pada 12 November 2025, Ratu sowan ke Bupati Luwu Utara, Andi Abdullah Rahim, untuk memohon restu sekaligus memaparkan rencana advokasinya.
Pertemuan tersebut menjadi momen penting karena pemerintah daerah memberi dukungan penuh atas misi budaya yang ia bawa.
Ratu berharap partisipasinya dalam ajang Puteri Indonesia Sulsel tidak hanya menjadi kompetisi personal, tetapi menjadi ruang untuk mengangkat identitas budaya Luwu Utara ke panggung yang lebih tinggi. Ia ingin Batik Rongkong tidak hanya dikenal, tetapi dicintai, dipakai, dan diwariskan.
Menurutnya, generasi muda memiliki peran sentral dalam menjaga keberlanjutan budaya. Jika mereka kehilangan keterikatan dengan akar budayanya, maka warisan tersebut perlahan akan memudar.
Melalui #RATUCAN, Ratu mengajak generasi muda untuk kembali melihat keindahan dan makna yang terkandung dalam Batik Rongkong sebagai bagian dari jati diri daerah.
Dengan semangat ini, Ratu melangkah menuju panggung Puteri Indonesia Sulsel dengan keyakinan bahwa budaya adalah kekuatan yang harus ditampilkan dengan penuh kebanggaan.
Ia berharap langkahnya kelak dapat membuka jalan bagi lebih banyak anak muda Luwu Utara untuk mencintai, menjaga, dan mempromosikan budaya mereka sendiri.
***Megasari/Yustus







Komentar