oleh

Bangun Ahklak Karakter dan Mutu Pendidikan, Ini Dilakukan Sitti Hamsinah

-News-4 views

LEPONGANNEWS, LUWU UTARA – Seorang Kepala UPT SMP Negeri 6 Satap Sabbanb Selatan Luwu Utara, Sitti Hamsinahdengan menerapkan pendidikan kepada siswa siswinya yakni pendidikan karakter, moral, ahklak dan mutu.

Hal tersebut disampaikan Sitti Hamsinah bahwa, mentalitas korup yang melanda masyarakat Indonesia, terjadi karena adanya kesalahan pendekata dalam idang pendidikan.

” Karena sejak awal anak didik diarahkan mengejar IQ (kecerdasan intelektua, nya) dengan mengukur prestasi berdasarkan peringkat, sementara EQ (kecerdasan emosi) yang mengarahkan anak untuk menghargai proses, kejujura dan etika tidak diperhitungkan sebagai bagia dari prestasi,” sebut Hamsinah panggilan akrabnya.

Penanaman nilai juang untuk menghargai proses selama ini telah terkikis secara sistematis. Lembaga pendidikan pun tak luput dari gejala pengikisan itu karena adanya orientasi hasil dalam mengukur prestasi murid.

Untuk setiap mata pelajaran guru mengambil parameter angka ujian, tanpa peduli bagaimana caranya agar siswa memperoleh angka. Berdasarkan raihan angka-angka ujian tiap mata pelajaran, disusunlah peringkat untuk menentukan layak tidaknya seorang siswa naik kelas atau lulus.

” Menurut Sitti Hamsinah, banyak prang tua siswa mengikuti pola anutan di sekolah. Orang tua bangga jika anaknya membawa raport berangka tujuh keatas. Kebanggaan itu tidak disertai pertanyaan bagaimana cara sang anak meraoh angka itu,” tuturnya.

Dan sebaliknya, jika anak pulang membawa raport dengan angka merah, apalagi kalau anak bersangkutan tidak naik kelas atau lulus, banyak orang tua marah dan malu.

Untuk diketahui, tak sedikit prang tua menyogok guru atsu kepala sekolah agar angka ujian semester berubah, sehingga anaknya bisa naik kelas atau lulys. Oni biasanya dilakukan oleh orang tua yang rata-rata dari kelas ekonomo menengah keatas.

Sitti Hamsinah menjawab bahwa,” tanpa sadar cara-cara seperti itu mengkondisikan anak/siswa untuk berpikir ‘Instan’. Dalam tubuh anak terjadi ‘Internalisasi’ pemikiran bahwa, segala sesuatu bisa diatur dengan
uang/materi,” terang Kepala UOT SMP Negeri 6 Sabbang Selatan.

Hal ini merupakan fenomena penumpukan nilai juang pada diri anak. Dan cara-cara demikian telah meracuni jiwa anak anak jadi terbiasa menerobos proses dan prosedur, karena sistem disekitarnya mendukung.

Maka benih-benih korupsi dalam jiwa anak yang demikian akan tumbuh subur, hingga akhirnya membuahkan koruptor-koruptor baru. Kenyataannya cenderung korupsi, tidak hanya pada lingkungan birokrasi pemerintahan, tetapi juga pada semua lembaga yang menangani pelayanan publiK.

” Dengan demikian Hamsinah Kepala UPT SMP Negeri 6 Sabbang Selatan, yang masih baru dipercayakan Pemerintah Daerah Luwu Utara, mengubah pendekatan dalam bidang pendidikan. Sudah saatnya prestasi belajar tidak semata-mata diukur dari angka-angka capaian hasil semester/ujian. Kecerdasan emosi dalam wujud budi pekerti, spritual, disiplin, kejujuran, integritas dan karakter, hendaknya ikut juga diperhitungkan,” jelasnya.

Pada masa-masa perkembangan dan pertumbuhan anak, aspek kecerdasan emosi bila perlu dijadikan prioritas.

Hamsinah menambahkan bahwa, banyak study menunjukkan anak/siswa yang terasah kecerdasan emosinya cenderung tumbuh sebagai manusia yang berkepribadian andal. Mereka mudah bersosialisasi dengan alam sekitarnya, sehingga materi pelajaran pun mudah dicernanya.

Dan sebaliknya, anak yang cuma terasah pada aspek kecerdasan intelektual, akan tumbuh menjadi manusia egoid dan vandalis, anak semacam ini tumbuh menjadi pribadi yang sulit memahami norma dan etika sosial.

Nah, Kepala UPT SMP Negeri 6 Sabbang Selatan menerangkan bahwa pendekata yang mengukur prestasi berdasarkan peringkat dikelas, tergolong pengkhianatan sosial.” Sangat tidak pantas prestasi anak diukur berdasarkan perbandingan anak-anak lainnya dalam satu kelas. Ia mencontohkan seprang anak yang suka pelajaran Mate-Matika, tidak bisa dibandingkan dengan anak yang senang Bahasa Inggeris atau Biologi,” ungkapnya, seraya menambahkan itu sangat naif, karena semua potensi dan minat anak punya keunggulan dan kekurangan masing-masing.(yustus)

Komentar