oleh

Melirik Rambu Solo’ Almarhum Kedua Orang Tua Saltima Ripi Tanjong di Bungadidi

-News-51 views

Lepongannewcoms, Luwu Raya – Orang tua, bapak dan ibu Saltima Ripi Tanjong Ketua Pengurus Daerah Pengurus Masyarakat Toraja Indonesia (PD PMTI) Kabupaten Bogor di Home Base Bungadidi Kecamatan Tana Lili Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan.

Budaya dan adat orang Toraja yang memiliki berbagai tradisi unik salah satunya adalah upacara adat Rambu Solo’.

Upacara adat Rambu Solo’ adalah, pemakaman adat Toraja sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang sudah meninggal.

Tradisi upacara adat Rambu Solo ini bertujuan sebagai cara untuk mengantarkan arwah seseorang kepada alam roh setelah meninggal.

Bagi masyarakat Toraja, terutama orang tua Saltima Ripi Tanjong yakni, Bapak bernama Purnawirawan TNI Marthen Ripi dan ibu Debora Rangga yang sudah meninggal atau roh perlu dilakukan pemurnian arwah manusia melalui upacara adat ini.

Selain itu, upacara adat Rambu Solo’ ini juga sebagai bentuk pemujaan kepada arwah nenek moyang atau leluhur mereka.

Rambu Solo’ juga dikenal sebagai Aluk Rampe Matampu’ yang memiliki makna, berarti sinar yang arahnya ke bawah karena upacara ini dilakukan ketika matahari mulai terbenam.

Upacara adat Rambu Solo memiliki beberapa tahapan yang dimulai dari masa perkabungan yang ditandai oleh para keluarga yang ditinggalkan mengenakan pakaian hitam.

Kemudian keluarga mengadakan kebaktian yang dipimpin oleh pemuka agama, kemudian selanjutnya jenazah diangkat menuju tongkonan tammuan atau rumah duka pertama.

Ketika jenazah sudah berada di rumah duka, maka akan ada tradisi ma’tinggoro tedong atau penyembelihan kerbau khas Toraja dengan menebas kerbau dengan satu kali tebasan dan daging dibagikan kepada yang hadir.

Jenazah pada rumah duka pertama hanya sehari, kemudian dipindahkan lagi ke tongkonan yang lebih tinggi yang itu berbatu, pada tradisi ini juga diadakan penyembelihan kerbau.

Sesi selanjutnya adalah pemakaman atau disebut rante, pada prosesi ini ada beberapa peraturan penting seperti ma’tudan mebalun atau pembungkusan mayat kemudian dilanjutkan dengan ma’roto atau penghiasan peti mayat.

“Lebih lanjut, akan ada juga prosesi ma’popengkalo alang atau memasukkan jenazah ke dalam rumah. Setelah itu, akan ada parade yang dikenal dengan ma’palao atau tradisi membawa jenazah ke tempat pemakaman.

Setelah semua proses selesai masyarakat dan wisatawan akan menikmati sajian tarian budaya sebagai bentuk hiburan.

Suku Toraja percaya bahwa semakin sempurna upacara adat seseorang, maka semakin sempurna hidupnya di keabadian yang disebut dengan puyo (alam baka).

Nah, upacara adat Rambu Solo’ juga dilakukan berdasarkan tingkatan strata sosial jenazah, semakin lama pesta diselenggarakan semakin tinggi strata sosial yang dimiliki jenazah.

Selain itu jumlah pemotongan kerbau dan babi juga memperlihatkan strata sosial bagi jenazah, hal ini dipercaya semakin banyak hewan yang dikorbankan maka lancar perjalanan arwah menuju alam baka.

Hewan-hewan ini diibaratkan kendaraan yang jenazah tunggangi untuk menuju ke kehidupan selanjutnya.

Upacara adat Rambu Solo tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai kepercayaan Toraja, upacara ini menunjukkan ini  identitas diri pelaku.

Selain sebagai keyakinan setelah adanya kematian, upacara ini memperlihatkan aspek sosial yang dilihat dari keluarga jenazah, strata sosial dan solidaritas masyarakat.

Ritual ini memperlihatkan harkat dan martabat sang jenazah kepada masyarakat, semakin panjang ritual maka martabat semakin tinggi.

Demikian fakta terkait upacara adat Rambu Solo’ yang menjadi salah satu kekayaan kebudayaan Toraja yang dimiliki bangsa Indonesia. (Mega/Yus)

Komentar