oleh

Ra’ba Biang, Peristiwa Wabah Influenza Yang Mematikan Di Toraja

 Lepongannews–  Ra’ba Biang berarti biang(sejenis tumbuhan rumput) yang rebah akibat di tebas. Itulah istilah yang di pakai orang Toraja ketika puluhan ribu orang tewas bertumbangan karena di tebas wabah penyakit mematikan influenza, yang pada saat itu orang di eropa menyebutnya sebagai Flu Spanyol, karena pertama kali melanda wilayah Spanyol, beberapa abad sebelum mewabahi dunia dan Hindia Belanda (Indonesia).

Di Toraja wabah penyakit mematikan ini terjadi pada tahun 1918.

Tiap hari puluhan orang meninngal dunia akibat pandemik penyakit mematikan ini dan bahkan karena saking banyaknya yang meninggal upacara adat Rambu Solo tidak di adakan seperti lazimnya pada tiap kematian di Toraja.

Konon ketika jenazah diantar orang kekuburan untuk dimakamkan, dalam perjalanan ada lagi yang sekarat kemudian meningal dengan terpaksa mayatnya dibalut kemudian dikubur bersama mayat yang diantar untuk dikuburkan, terkadang juga ketika mereka pulang ke rumah mereka pasti akan mendapati anggota keluarga atau tetangga mulai sekarat akibat tertular dari korban yang meninggal sebelumnya dan konon katanya karena saking banyaknya yang meninggal hingga liang kuburan (kuburan batu yang di buat lubang sebagai tempat memakamkan jenasah ) tak lagi muat bagi jenasah yang lain hingga mereka hanya meletakkan tiap jenasah pada depan liang kuburan atau celah-celah batu yang mempunyai ruang yang cukup luas untuk menguburkan jenasah yang tak lagi mendapatkan tempat karena banyaknya jenasahnya yang terlebih dahulu di kuburkan di liang batu.


Berbagai ritual adat di lakukan oleh To Minaa'(tetua adat atau pendeta dalam agama aluk to dolo) demi mendapat pengampunan dari dewata karena masyarakat Toraja waktu itu yang masih menganut agama aluk todolo percaya bahwa mereka sedang di kutuk oleh dewata tetapi wabah penyakit terus saja berlangsung tanpa bisa di kendalikan.

Menurut catatan pemerintah Hindia Belanda sekitar 10-20 persen atau sekitar 3000-6000 jiwa warga Toraja tewas saat itu akibat ganasnya wabah penyakit influenza, catatan itu di buktikan dengan banyaknya tulang belulang yang berserakan di tiap kuburan di Toraja yang bisa kita lihat di tempat-tempat wisata kuburan di Toraja.


Hingga kini banyak masyarakat Toraja terutama golongan muda yang tidak tahu jika di Toraja pernah terjadi pembantaian massal yang bukan di lakukan oleh manusia tetapi oleh wabah penyakit, karena jarangnya informasi dalam bentuk literal yang bisa di jadikan bukti authentik karena informasi mengenai peristiwa Ra’ba Biang hanya di dapatkan melalui bukti lisan atau mulut ke mulut yang di ceritakan oleh orang-orang tua terdahulu.

Pemerintah Hindia Belanda yang waktu itu masih menjajah Indonesia tidak banyak memberikan informasi tertulis tentang wabah penyakit mematiakan ini.

Informasi tertulis melalui penelitian barulah ada sejak Collin Brown (1987) an Roxana Waterson (2009) dua sejarahwan asal Australia meneliti kemudian menuliskan sebuah buku.

Dalam bukunya Roxanna Waterson (2009) Paths and Rivers; Sa’dan Toraja society n Transformation” menuliskan bahwa Ra’ba Biang adalah istilah suku Toraja di Sulawesi untuk peristiwa orang-orang yang tewas bertumbangan bagaikan rumput yang di tebas (cut down like a grass).

Dalam bukunya di sebutkan juga pada masa itu layanan kesehatan yang layak belum ada sehingga korban berjatuhan sangat banyak, sedangkan Collin Brown (1987) yang menuliskan buku tentang “The Influenza Pandemic of 1918 in Indonesia” dalam artikelnya yang kemudian di muat lagi dalam buku “Death and Disease in Southeast Asia : Explorations of Social,Medical and Demographic History” menuliskan bahwa sekitar 10% dari total penduduk Toraja atau sekitar 3000 jiwa tewas akibat wabah pandemik influenza yag Ia dapatkan dari sebuah sebuah catatan pemerintah Hindia Belanda.


Ada pula sebuah jurnal catatan dari Prayitno (2009) salah seorang anggota peneliti dari Universitas Indonesia yang melalakukan penelitian tentang “Sejarah Pandemik Influenza 1918 di Hindia Belanda”. Dalam sebuah catatan penelitiannya di tuliskan bahwa peristiwa Ra’ba Biang di Toraja ada kaitannya dengan wabah Influenza yang menjakiti hampir seluruh dunia pada tahun 1918.

Jenis Influenza yang menjadi wabah waktu itu ialah jenis Influenza tipe A,tipe yang paling berbahaya dan sangat mematikan,yang mempunyai masa inkubasi yang sangat cepat. Oleh karena keterbatasan informasi tentang penyakit ini waktu itu dan minimnya pelayanan kesehatan yang memadai menurut Prayitno menjadi penyebab tingginya akan kematian.

Di perkirakan sekitar 1,5 juta orang tewas di seluruh Indonesia waktu itu dalam rentang waktu 1918-1919 akibat Influenza ini.


Penyebaran penyakit ini sendiri hingga sampai di Toraja mungkin melalui tentara-tentara Hindia Belanda yang baru datang dari Makassar. Seperti yang di tuliskan oleh Prayitno penyebaran penyakit ini pertama kali melalui dataran China karena China meruapakan kawasan yang pertama kali terjangkiti oleh penyakit mematikan ini dan seperti kita ketahui dalam banyak catatan sejarah banyak pedagang-pedagang China yang datang ke Makassar untuk berdagang karena waktu itu pelabuhan Makassar menjadi dermaga pelabuhan dan benteng pertahanan terbesar Hindia Belanda di kawasan timur dan sering di singgahi oleh pedagang-pedagang baik itu dari Arab maupun China.

Sangat mungkin melalui pedagang-pedagang China yang tertular penyakit mematikan ini menulari para tentara Hindia Belanda hingga para tentara-tentara ini datang ke Toraja menularkan penyakit mematikan ini yang telah membantai ribuan orang Toraja.


Ra’ba Biang merupakan sebuah sejarah kelam bagi suku Toraja dan akan selalu di kenang sebagai pembantaian massal oleh penyakit mematikan dalam sejarah Toraja hingga menghabisi 10% populasi suku Toraja waktu itu.

Semoga dengan kejadian yang lalu itu Kita bisa lebih mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga Tondok yang kita cintai yaitu Tondok Lepongan Bulan Tana Matari Allo senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Di sadur dari berbagai sumber.
catatan : Jika para pengunjung ingin menambahkan atau mengevaluasi beberapa kata dan artikel saya ini silahkan di tulis pada kolom komentar. Kurre Sumanga’. Dirilis kembali oleh media lepongannews, karena dianggap artikel ini sangat menarik sekaitan dengan wabah Covid- 19 yang sedang melanda dunia dan Indonesia saat Ini (*)

Komentar