oleh

Ikut Peringati HUT RI ke 78 di Lapangan Tamsis, Kasrum Patawari Pakai Passapu’ dan Sarung Kajang Adat Ammatoa

-News-39 views

Lepongannews.com-Luwu Raya – Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan, Muhammad Kasrum Patawari, mengikuti upacara perayaan Kemerdekaan 17 Agustus 2023 dilapangan Taman Siswa (Tamsis) Kelurahan Kappuna Kecamatan Masamba dengan menggunakan Passapu’ (topi) dan sarung adat Ammatowa Suku Kajang dari Bulukumba Sulawesi Selatan.

Ia didampingi isteri, mereka secara khidmat mengikuti upacara detik-detik Proklamasi Hari Kemerdekaan ke 78 RI, di Lapangan Taman Siswa (Tamsis) Kelurahan Kappuna, Kamis (17/8/2023).

Jika para Kadis lainhya menggunakan baju dan adat Luwu maka Ketua Kerukunan Bulukumba Kasrum Patawari yang akrab dipanggil Petta tampil menggunakan Passapu’ kain berwarna hitam dan sarung warna hitam adat Ammatowa.

“Indonesia kan bersatu dalam keberagaman, beragam kedaerah dan keagamaan. Yang bisa ditunjukkan secara fisik salah satunya dengan busana tradisional, alhamdulilah saya dan isteri dari Baebunta bisa ikut. Ya saya kan orang Bulukumba, jadi dalam kesempatan ini saya pakai Passapu’ dan Sarung adat Ammatowa dari Bulukumba,” kata Petta sebutan akrab Kepala Dinas Dukcapil Luwu Utara.

” Kasrum Patawari menambahkan bahwa, Warna hitam melambangkan keserderhanaan. Sehingga suku Kajang masih kental dengan budaya dan adatnya (tradisional) dan terkesan menutup diri dari modernisasi ( suku Kajang dalam),” sebut Kasrum.

Kadis Dukcapil Lutra ini menambahkan bahwa, Suku Kajang menetap di Desa (Lembang) Tana Toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan yang terletak kurang lebih 200 km arah timur Kota Makassar.

Untuk daerah Kajang ini terbagi dua yakni, Kajang Dalam atau mereka sebut “Tau Kajang” dan Kajang Luar disebut “Tau Lembang”. Dan batas antara Kajang Dalam dan Kajang Luar ditandai dengan pintu gerbang berarsitektur tradisional Kajang.

Kasrum Patawari mengungkapkan bahwa, Kajang Dalam masih sangat memegang teguh adat tradisional mereka. Dalam kehidupan mereka tetap mempraktekkan hidup sederhana sebagaimana yang diajarkan leluhurnya. Mereka mempercayai bahwa benda-benda yang berbau teknologi bisa memberi dampak negatif dalam kehidupannya. Hal ini dianggap mengganggu hubungan relasi manusia dengan lingkungan alam, karena sifat teknologi bisa merusak kelestarian sumber daya alam.

” Itulah sebabnya Suku Kajang Dalam belum bisa menerima peradaban luar. Bagi mereka hidup sederhana seperti leluhur mereka lebih baik dibandingkan dengan hidup modern,” terang Kasrum.

Untuk diketahui gaywa pimpinan suku Kajang yang disebut Ammatoa. Amma artinya bapak, sedangkan Toa berarti yang dituakan. Bagi masyarakat Kajang, Ammatoa adalah orang suci yang dipilih langsung oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena ditunjuk melalui proses ritual di dalam hutan tombolo atau hutan lebat keramat yang disebut Turiek Akrakna (Yang Berkehendak), merupakan jabatan seumur hidup. Artinya Ammatoa akan menjabat sampai meninggal dunia.

Karena itu kita harus terus mensyukuri nikmat kemerdekaan,” jelas Kasrum tentang kemerdekaan Indonesia. (Megasari/Yus)

Komentar